Anda Bukan Sahabat Saya
CUMA ADA SAAT DIBUTUHKAN
(LOE KATA GUE PEMADAM KEBAKARAN)
Kata
orang-orang, masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Masa labilnya seorang
ana, dari mulai emosi sampai ego. Begitulah aku, yang masih berumur 16 tahun.
Walaupun kata” itu aku ketahui namun aku tak mencermatinya dengan baik karena
menurutku itu sangat tidak penting.
Disekolah ku ini aku termasuk 10 besar, dan itu membuatku mudah di kenal di
kelas baruku. Mudah bergaul, bawel, mudah sekali marah, itulah karakterku. Aku
pindahan dari luar kota, walaupun begitu karena karakterku itu pulaaku mudah di
kenal banyak orang.
Memiliki
banyak teman kurang lengkap rasanya jika kita tidak mempunyai sosok seorang
sahabat. Di kotaku sebelumnya aku mempunyai sahabat yang sangat aku sayangi,
dan mungkin disini aku bisa mendapatkan penggantinya.
Memilih
sahabat tidaklah semudah memilih sepatu. Seorng sahabat harus memenuhi syarat,
salah satunya bisa menjaga rahasia. Namanya juga remaja, otaknya masih labil.
Dikit” pengen curhat, qoz ga bisa nyimpen beban sendirian, itulah aku.
Ketika
itu aku cukup dekat dengan seseorang bernama Putri, dia pernah sekelas
denganku. Entah mengapa aku merasa nyaman dengan dia, soalnya masalah
keluarganya hamper sama denganku. Aku dan diapun sama-sama tomboy. Namun kita
terpisah oleh kelas yang berbeda. Aku selalu ingin membantunya, karena dia
sudah ku anggap sebagai keluargaku sendiri. Maksudnya, susah senang bersama
gitu… haha,, #LEBAY
Walaupun
agak tomboy, aku anak yang nurut sama orang tua, takut inilah, itulah, pacaran
aja backstreet. Makanya aku ga pernah keluar rumah, paling kalo keluar ga
pernah jauh, dari blok ke blok. Beda dengan putri, dia sering jalan-jalan ke
kota. Apalagi semenjak punya motor baru.
Saat
itu sahabat SMP Putri meninggal dunia, kena penyakit asma stadium akhir. Putri
mengajakku untuk melongok sahabatnya itu. Dia menyuruhku menunggu di rumah. Jam
5 aku harus sudah siap karena rumahnya di tengah kota. Sudahku kosongkan
jadwalku di hari Minggu agar tidak terganggu, maklum saya sedikit sibuk dengan
kegiatan organisasi di sekolah. Minggunya aku bangun jam 3, sesegera mungkin
aku mencuci dan membereskan semua pekerjaan
rumahku. Setelah selesai, hingga jam 7
Putri taka da kabar, di telepon ga bisa, di sms ga di blz, kyk lagu dangdut
ajeh. Hhaa. Aku kecewa. Besoknya dia tak menanyakan apapun padaku, (HELLO….
MASA IYA HARUS GUE YG NGOMONG DULUAN….?!!!!!!!!!) terpaksa karena penasaran aku
nanya. Dia jelasin n minta maaf. Oke, di maafin, dia janji minggu dpn, minggu
dpnnya lgi hal yg sm terulang, dan di berjanji minggu depan, minggu dpn dan
akhirnya 3 bulan 3 minggu baru dia dan aku pergi ke kota untuk melongok rumah
almarhum (KEKUBURANNYA MAH TAKUT CIN….. :D). Itupun meleset jauh dari janji jam
6 malah pergi jam 9.
Minggu
depannya Putri mengajakku ke bojong Sero, katanya mau ngerujak gitu. Dihari
Minggunya aku pun diajak makan n pengajian diu rumah Ucu. Namun aku tolak karena
janjiku pada Putri, namun dia malah tak a da kabar. Beberapa minggu kemudian
Putri mengajakku lagi ke kota, aku tak pernah menolak seolah jadwalku kosong.
Namun hal yang sama terulang, janji yang tidak ditepati. Saat aku sedang
menyetrika, tiba-tiba Putri datang dan mengajakku ke Cimahi. Aku tak tega, jika
menolaknya karena dia sudah mampir ke rumahku. Walaupun hujan, aku tak menolak
ajakan sahabatku ini. Pulangnya aku menggigil kedinginan, dia tak tau apa”
karena aku tak menceritakan keluhanku padanya. Besoknya pada jam istirahat
Putri mengajak dan menjanjikan datang ke rumahku jam 2 untuk ke daerah sekitar
Padalarang, waklaupun sudah ada janji dengan Mamaku, aku masih saja sempatkan
untuk memenuhi janji Putri. “Put, kalau ga jadi sms yah” “iyah, jam 2 ue tunggu
aku di rumah kamu yah” Kurang lebih dialognya begitu. Tepat pada hari Jum’at
Mama sudah berpesan sepulang sekolah jangan kemana-mana, antar Mama ke Cirata
untuk membeli tutut. Pulang sekolah aku
ke Cirata, aku ngebut karena mau menuhi janji Putri jam 2. Eh taunya ga
ada hasil di Cirata karena harus nungguin tukang tutut yang belum datang.
Katanya tuh tukang tutut datangnya jam 2. Aku maksa Mamaku pulang, karena
takutnya keburu Putri datang, sampai di rumah jam 2. Ku tunggu hingga Asar, tak
datang juga. Tak pula ada sms, aku Gerang, aku marah. Ku fikir, di sekolah dia
akan minta maaf. Eh, taunya. Nyapa aku aja ngga, apalagi minta maaf, huh sebel
ga tuh!
Sejak
saat itu aku berfikir, aku merenung, dan menyadari bahwa dia hanya
memanfaatkanku saja. Tidak lebih, bukan sahabat yang ada dalam senang maupun
susah, dia hanya memanggil, menyapaku disaat membutukanku. Aku membencinya. Ku
membenci wanita sepertinya. Menggunakanku sebagai alat, bukan manusia yang
dihargai.
Dan, mulai saat ini pun aku
lebih berhati-hati memilih sahabat. Aku bukan cewe muna. Aku butuh seseorang
yang dapat mengerti aku, ya. Sahabat sesungguhnya. BUKAN DIA YANG ADA JIKA
MEMBUTUKANKU SAJA.
Komentar